Tuntutan Paradigma Baru pada Profesionalitas Guru

 Tantangan Menulis hari  ke-10
Hari,Tanggal:  Minggu, 19 Juni 2022

        Dinamika kehidupan yang dijalani para guru cukup menantang sehingga terkadang membutuhkan dorongan semangat, tidak hanya dari orang lain melainkan juga dari diri sendiri. Guru yang baik itu seperti lilin, ia menghabiskan dirinya sendiri untuk menerangi jalan bagi orang lain. Guru yang baik tidak pernah bilang muridnya bodoh; tapi guru yang baik selalu bilang, ‘Muridku belum bisa’.Tujuan seorang guru bukanlah untuk menciptakan siswa menurut citranya sendiri, tetapi untuk mengembangkan siswa yang dapat menciptakan citranya sendiri. 


        Hakikat Paradigma adalah suatu teori, perspektif, atau kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita memandang, menginterpretasikan, dan memahami aspek-aspek kehidupan. Untuk mencapai tujuan dengan benar, kita memerlukan peta.Paradigma dapat dikatakan sebagai peta.



Pendidikan Gaya Bank

Guru ceramah, murid duduk, diam, dengar, catat, hafal (3DCH)

  1. Guru mengajar, murid belajar
  2. Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa
  3. Guru berpikir murid dipikirkan
  4. Guru bicara, murid mendengarkan
  5. Guru mengatur, murid diatur
  6. Guru memaksakan pilihannya, murid menuruti
  7. Guru bertindak, murid membayangkan
  8. Guru memilih apa yang diajarkan, murid menyesuaikan diri
  9. Guru mengacaukan wewenang wawasan yang dimilikinya dengan wewenang profesionalismenya dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid
  10.  Guru adalah subjek belajar dan murid objeknya 

Paradigma Pembelajaran à 4 Pilar Pendidikan Sejagad

Teaching à Learning

1.     Learning  to think atau learning to know à Memberdayakan siswa: pengetahuan dan mampu berpikir secara logis dan rasional

2.     Learning to do à Memberdayakan siswa: berbuat à memecahkan masalah yang dihadapi.

3.     Learning to live together à Membentuk kesadaran dalam dunia global yang heterogen (agama,bahasa, dan budaya). Pendidikan nilai (perdamaian,penghormatan HAM, pelestarian lingkungan hidup, toleransi) menjadi aspek utama dalam kesadaran siswa.

4.     Learning to be:  Berorientasi pada masa depan siswa à tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang mandiri,memiliki harga diri, dan tidak sekedar memiliki having (materi, jabatan, dll).


Implikasi Visi 4 Pilar

Mengembangkan pengetahuan siswa untuk mengetahui, memahami, berpikir kritis, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan, dan mengaktualisasikan diri.


Paradigma Pembelajaran yang diharapkan seharusnya:

  • Berpusat pada siswa
 Kegiatan pembelajaran perlu mendorong siswa untuk mengembangkan bakat dan potensinay secara optimal sehingga belajar menjadi bermakna.

  • Belajar dengan melakukan
 Dalam sebuah kegiatan pembelajaran guru perlu memberikan kesempatan kepada  siswa untuk memikirkan, menganalisis, melakukan dan menyimpulkan sendiri kompetensi yang harus dikuasai sebagai hasil belajar.

 

  • Menciptakan kondisi yang menyenangkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung efektif dan optimal bila tercipta atau terdapat suasana nyaman, menyenangkan, rileks, sehat dan menggairahkan.

  • Mengembangkan kemampuan social

Untuk meningkatkan terjadinya perbaikan pemahaman siswa, kegiatan pembelajaran perlu dirancang dalam bentuk diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. 

  • Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
Siswa perlu dilatih memecahkan masalah agar berhasil di kehidupannya. Kehidupan pembelajaran hendaknya mampu mendorong dan melatih siswa untuk mengidentifikasi masalah dan memecahkannya secara tepat-jitu dengan menggunakan pengetahuannya.
  • Mengembangkan kreativitas siswa

Potensi siswa berbeda dalam hal pola pikir, daya imajinasi, fantasi, dan hasil karya. Kegiatan pembelajaran perlu dirancang untuk mengembangkan kreativitas.

Kompetensi diperoleh siswa sebagai penemuan (kreativitas) setelah melalui berbagai pengalaman belajar.


Dalam hal ini peran dosen/guru dalam pembelajaran antara lain :

  • memberikan bimbingan
  • memantau kegiatan
  • menciptakan latihan-latihan kreatif
  • bertindak sebagai teman belajar

Karakteristik pembelajaran tradisional (behavioristis)

dengan pembelajaran dipercepat (accelerated learning)

 

PEMBELAJARAN TRADISIONAL

Cenderung:

PEMBELAJARAN DIPERCEPAT

cenderung:

 

Kaku

Luwes

Muram dan serius

Gembira

Satu jalan

Banyak jalan

Mementingkan sarana

Mementingka tujuan

Bersaing

Bekerja sama

Behavioristik

Manusiawi

Verbal

Multi-indriawi

Mengontrol

Mengasuh

Mementingkan materi

Mementingkan aktivitas

Mental kognitif

Mental emosional

Berdasarkan waktu

Berdasarkan hasil

 

Pembelajaran Abad XIX Versus Pembelajaran Abad XX –XXI

PEMBELAJARAN ABAD SEMBILAN BELAS:

 

Landasan lama didasarkan pada anggapan bahwa pembelajar adalah konsumen, pada prestasi individu, pengotak-ngotakan, kontrol birokrasi terpusat, pelatih sebagai pelaksana program, bahwa pembelajaran bersifat verbal dan kognitif, dan program pelatihan sebagai proses jalur perakitan.

 

PEMBELAJARAN ABAD DUA PULUH SATU:

 

Landasan baru didasarkan pada anggapan bahwa pembelajar adalah kreator, pada kerja sama dan prestasi kelompok, kesalingterkaitan, belajar sebagai aktivitas seluruh pikiran dan tubuh, dan program belajar yang menyediakan lingkungan belajar yang kaya-pilihan dan cocok untuk seluruh gaya belajar.

Cita-cita pendidikan dan pembelajaran adalah melatih orang dalam perilaku lahiriah yang didefinsikan secara sempit agar dapat memperoleh hasil standar yang dapat diramalkan. Pendekatan pembelajaran ini mengharuskan penumpulan diri seseorang sepenuhnya. Yang dicari adalah membuat perilaku sejalan dengan produksi dan pemikiran rutin. Tugas pendidikan dan pelatihan adalah mempersiapkan orang untuk menghadapi dunia yang relatif sederhana, statis, dan dapat diramalkan.

 

Tugas pendidikan dan pembelajaran adalah mempersiapkan orang untuk hidup di dunia yang pasang surut, yaitu dunia tempat setiap orang harus mengerahkan kekuatan pikiran dan hati mereka sepenuhnya dan bertindak berdasarkan kreativitas yang penuh kesadaran, bukan sesuatu yang mudah diramalkan dan tidak membutuhkan pikiran. Bukan menghasilkan manusia “fotokopi” seperti Abad Sembilan Belas, tetapi kini kita harus menghasilkan “tokoh orisinal” yang dapat mengerahkan sepenuhnya energi mereka yang potensial. Kita harus membebaskan kecerdasan setiap orang yang unik dan bukan menindasnya atas nama standarisasi atau “budaya perusahaan”.

 

 

Elemen-elemen Profesionalisme Guru

  1. Kemampuan verbal
  2. Pengalaman belajar bidang kependidika
  3. Sertifikasi dalam bidangnya
  4. Pengetahuan Isi atau Penguasaan bidang ilmu
  5. Pengalaman mengajar
  6. Pemahaman Peserta Didik
  7. Interaksi sosial dengan siswa
  8. Entusiasme dan Motivasi dalam belajar
  9. Sikap terhadap profesi guru
  10. Refleksi kegiatan pembelajaran
  11. Kemampuan teknologis

"Guru mengajar karena mereka peduli. Mengajar kaum muda adalah hal terbaik yang mereka lakukan. Semua itu membutuhkan waktu berjam-jam, kesabaran, dan perhatian." - Horace Mann




Hasrat Mengubah Dunia

Ketika aku masih muda serta bebas berpikir dengan khayalanku,
Aku bermimpi untuk mengubah dunia
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,
Kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah,
Maka cita-cita itu pun kupersempit
Dan kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku.
Namun tampaknya itupun tiada hasilnya

Ketika usia senja mulai kujelang,
Lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan,
Kuputuskan untuk mengubah murid-muridku dan keluargaku,
Orang-orang yang paling dekat denganku,
Namun alangkah terkejutnya aku, mereka pun tak kunjung berubah !
Kini, sambil berbaring di tempat tidur ,
baru kusadari:

Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku sendiri,
maka lewat memberi contoh membaca setiap hari sebagai panutan, 
mengembangkan literasai sebagai pijakan,
dan menjadi contoh budi pekerti sebagai teladan
mungkin murid-murid dan keluargaku bisa kuubah,

Berkat inspirasi dan dorongan mereka,
kemudian aku menjadi mampu memperbaiku negeriku
dan siapa tahu, bahkan aku juga bisa mengubah dunia.


Aamiin


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Tokoh Idola

Pembelajaran Literasi Membaca

How To Be The F1