Membangun Karakter Kejujuran Anak Didik
Tantangan Menulis ke-25
Hari,tanggal: Senin, 4 Juli 2022
Salah satu yang menjadi masalah di
negeri ini, yang sulit dicari kebenaran dan solusinya adalah tentang ketidak jujuran.
Banyaknya kasus korupsi, penipuan, penggelapan uang, dan kasus kriminal lainnya
didominasi oleh ketidak jujuran. Jangan sampai anak didik kita terjebak dalam
kasus-kasus tersebut. Pendidikan karakter kejujuran harus ditanamkan sejak
dini, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah, agar anak menjadi generasi
penerus yang berguna bagi nusa,bangsa dan agama.
Pengertian Karakter kejujuran itu dari Kata “character” dalam Bahasa Inggris berarti “sifat” dalam Bahasa Indonesia Kata “sifat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki banyak padanan kata, antara lain: perangai, watak, tabiat, dan akhlak. Secara singkat, karakter dapat diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku. Sedangkan pengertian “kejujuran” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti lurus hati, tidak curang. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki karakter kejujuran adalah siswa yang batinnya cenderung lurus atau tidak curang sehingga mempengaruhi pikirannya (akalnya) untuk selalu mencari cara berbuat jujur yang kemudian diwujudkan dalam sikap dan tingkah lakunya baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya.
Kecenderungan siswa yang memiliki karakter jujur akan berusaha untuk selalu berbuat jujur, bahkan bisa jadi mencegah orang lain berbuat tidak jujur, atau cenderung mengkritik atau membenci teman atau lingkungannya yang tidak jujur. Ada tiga tingkatan kejujuran diantaranya:
- Kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realiti.
- Kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
- Kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tertinggi dimana ucapan dan perbuatan semuanya hanya untuk Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering
sekali kita melihat bahkan juga ikut terlibat dalam berbagai macam bentuk
aktivitas interaksi sosial dimasyarakat. Salah satunya wujud realisasi dari
sikap tidak jujur dalam skala yang sangat bervariasi, seperti: orang tua
bereaksi spontan saat melihat anaknya terjatuh dan berkata "Oh, tidak
apa-apa! Anak pintar, tidak sakit kan? Jangan menangis, ya!". Hal ini
secara tidak langsung anak diajarkan dan dilatih kemampuan untuk dapat
"berbohong", dengan menutup-nutupi perasaannya (sakit) hanya karena
suatu kepentingan (agar tidak menangis).
Beberapa penyebab anak kecil berbohong adalah:
- Takut dimarahi atau dihukum karena berbuat salah.
- Melihat kebohongan yang ada disekitarnya
- Ancaman hukuman bagi kesalahan sang anak
seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi siswanya. Jika seorang guru ingin membangun karakter jujur pada anak didiknya, maka karakter jujur itu harus terbiasa muncul dulu pada guru tersebut. Guru harus bisa memberikan contoh kepada muridnya, misal ketika mengajar di kelas, guru harus jujur pada dirinya sendiri dan juga kepada anak-anak ketika tidak bisa menjawab pertanyaan anak-anak karena guru tersebut belum pernah mempelajari hal yang ditanyakan tersebut.
Guru harus berani jujur mengatakan bahwa pernah melakukan kekhilafan dalam mengajarkan suatu konsep, lalu kemudian segera memperbaikinya. Perlu diketahui, jika seorang guru berani jujur mengakui kesalahannya di depan anak-anak didiknya, maka bukan berarti anak-anak didiknya tersebut akan mengurangi rasa hormatnya kepada guru itu, melainkan malah akan bertambah mengagumi kejujuran guru tersebut. . Kebiasaan memberikan stimulus kepada anak-anak berupa contoh-contoh sikap yang jujur, akan direspon oleh anak dengan cara meniru kejujuran tersebut.
Guru harus membiasakan mengambil nilai karakter kejujuran siswa dalam kegiatan pembelajarannya di setiap mata pelajaran yang diterima anak-anak. Dengan begitu, stimulus-stimulus berupa pembiasaan untuk bersikap jujur akan menghasilkan respon-respon kejujuran dari anak-anak didik yang kemudian menjadi karakter mereka.
Semoga bermanfaat.

Komentar
Posting Komentar