Akhirnya Bisa
Tantangan Menulis hari ke-22Jumat,1 Juli 2022
Kisah cemilan piscok alias pisang coklat
yang sering menghiasi meja ruang santai di rumah kami karena
setiap melewati jalan di sudut kotaku, kami selalu menyempatkan membeli. Gak
hanya di situ di mana pun setiap melihat cemilan piscok ini aku
selalu membeli
karena ingat
anak-anakku yang hobi banget dengan cemilan yang satu ini. Masalah rasa itu
relatif dari penikmatinya
karena setiap orang punya selera masing-masing.
Suatu hari saat menjelang Magrib kami melintasi jalan di sudut kotaku, kami pun berencana mau mampir untuk membeli piscok, namun ternyata si Paman pedagang sudah gak nongkrong di tempat. Bertanya dengan pedagang di sekitarnya ternyata si Paman piscok sudah pulang karena dagangannya sudah habis. Ada rasa kecewa yang dirasakan anak-anakku begitu mendengar penjelasan tersebut karena harus menunda membeli cemilan favoritnya.
Saat aku terbangun malam mau ke kamar kecil,…. begitu keluar dari kamar tiba-tiba tercium aroma sedap dan harum dari arah dapur. Aku pun jadi penasaran, akhirnya kucari aroma harum tersebut ada di mana. Begitu terkejutnya aku melihat toples besar di atas meja makan isinya piscok banyak sekali. Terasa belum percaya akhirnya kulihat suasana dapur dan ternyata ada sisa-sisa bekas masakan yang dibuat anakku di tengah malam saat mamanya tertidur pulas.
Pagi harinya setelah sholat Subuh, seperti biasanya kegiatanku memasak untuk keluarga. Tiba-tiba Reiha datang menghampiriku dan bercerita kalau dia sudah berhasil membuat cemilan favoritnya dengan tiga varian rasa yaitu rasa coklat, keju dan stroberi. Cemilan yang bahan-bahannya mudah dicari di warung dekat rumah dengan harga yang sangat murah. Siapa pun pasti bisa membuatnya asal ada kemauan untuk mencoba.
Pada saat ada keluarga mau pulang ke yogya, dengan inisiatif sendiri Reiha kembali membeli bahan-bahan untuk membuat cemilan piscok, pisju dan pistro tersebut. Bersama adiknya dia membuat cemilan itu banyak sekali, katanya untuk oleh-oleh biar sepupunya di Yogya ikut merasakan cemilan hasil karyanya. Tak perlu waktu lama untuk membuatnya, dan aku pun tertarik juga untuk membantu.
Akhirnya cemilan piscok, pisju dan pistro bisa sampai ke Yogya. Oleh-oleh tak perlu harus mahal yang penting kita ikhlas memberi sesuatu dengan orang lain. Begitulah kami mengajarkan anak-anak untuk bisa berbagi dari hal-hal yang sederhana. Semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi.



Komentar
Posting Komentar